Bagaimana Kedudukan Bahasa Indonesia Di Dunia Internasional

Bagaimana Kedudukan Bahasa Indonesia Di Dunia Internasional

Bahasa Indonesia Menuju Bahasa Internasional

Banyak ahli bahasa berpendapat bahwa bahasa Indonesia sangat berpotensi menjadi bahasa internasional. Bahkan, Collins (2005) telah menunjukkan betapa potensialnya bahasa Indonesia (Melayu) menjadi bahasa dunia (internasional) dilihat dari sejarahnya. Di samping itu, saat ini sudah banyak ahli atau komunitas sarjana dari mancanegara yang mengkhususkan diri mempelajari bahasa Indonesia/Melayu (lihat Collins 2005:xvii; lihat juga penyumbang tulisan dalam Moriyama dan Manneke Budiman, 2010).  Selain itu, kepotensialan bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional dapat dilihat dari beberapa faktor yang mendukung dan atau yang memengaruhinya. Secara garis besar, faktor tersebut dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni yang berasal dari bahasa itu sendiri atau biasanya disebut dengan istilah faktor intrabahasa dan faktor yang berasal dari luar bahasa atau biasa disebut dengan  istilah faktor ekstrabahasa. Pengelompokan itu sebenarnya tidak dapat dipisahkan secara tegas karena antara faktor intrabahasa dan faktor ekstrabahasa kadang-kadang hadir bersama-sama. Pengelompokan itu akan memudahkan cara pandang kita terhadap potensi bahasa Indonesia menuju bahasa internasional.2.Faktor Intrabahasa

Faktor intrabahasa, antara lain, meliputi sistem bahasa. Sistem bahasa Indonesia dapat dikatakan sudah mapan. Artinya, beberapa aspek yang terkait dengan bahasa Indonesia sudah diatur dan sudah dibakukan. Bahasa Indonesia telah memiliki sistem ejaan yang mapan, yakni dengan diberlakukannya Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, yang terkenal dengan singkatannya EYD. Buku panduannya pun sudah diterbitkan dengan judul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Dengan demikian, dari segi tata tulis bahasa Indonesia telah memiliki aturan yang baku. Di samping itu, untuk mengantisipasi pengaruh bahasa lain dan untuk pengembangan peristilahan bahasa Indonesia, juga telah diterbitkan buku Pedoman Umum Pembentukan Istilah.

Penulisan ejaan bahasa Indonesia tidak menggunakan salah satu huruf daerah yang ada di Indonesia. Penulisannya menggunakan huruf Latin yang sudah digunakan secara internasional. Hal itu memungkinkan bahasa Indonesia mudah dipelajari karena lafal sesuai dengan lambang hurufnya. Bahasa Indonesia juga relative mudah beradaptasi dengan istilah asing dengan melakukan [enyerapan, termasuk istilah bahasa Inggris yang banyak diserap menajdai bahasa Indonesia.

Pembakuan lainnya adalah pembakuan kaidah bahasa yang tertuang dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia itu pun sudah beberapa kali mengalami revisi, terakhir terbit Edisi Ketiga tahun 2003. Dari buku itu siapa pun dapat dengan mudah mempelajari bahasa Indonesia, apalagi tata bahasa kita tidak mengenal kala sehingga mudah dipelajari.

Terkait dengan pembakuan suatu bahasa, kita tidak dapat terlepas dari keberadaan kamus. Kamus inilah yang dipakai sebagai sarana untuk membakukan kosakata yang digunakan dalam sebuah bahasa. Oleh karena itu, peran kamus sangatlah penting. Dengan adanya kamus, kita dapat mengetahui bahwa suatu bahasa sudah dikodifikasi. Adanya kamus dapat menunjukkan bahwa seberapa banyak kosakata bahasa tersebut dapat digunakan untuk mengungkapkan ide, menjelaskan pengetahuan dan mengekspresikan sikap oleh penuturnya. Kekayaan ide, pengetahuan, dan sikap penuturnya tersebut dapat dilihat dari jumlah kosakata yang termuat dalam kamusnya. Kosakata bahasa Indonesia hingga saat ini masih terus dikembangkan dengan cara menyerap kosakata bahasa daerah dan bahasa asing. Sebagai contoh, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi ke-4 (2008), telah memuat lebih dari 90.000 lema. Sebagai perbandingan, dapat dilihat jumlah kosakata sebagai lema yang termuat di dalam KBBI, yaitu edisi satu 62.100 (1988), edisi dua 68.000 (1991), edisi ketiga 78.000 (2001), dan edisi keempat 90.000 (2008). Perubahan jumlah kosakata dari edisi ke edisi menunjukkan bahwa kosakata bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang luar biasa. Hanya dalam waktu dua decade jumlah kosakata bertambah sebanyak 27.900, belum lagi ditambah terbutnya kamus istilah berbagai bidang ilmu, tesaurus, dan glosarium. Glosarium berbagai bidang ilmu pun sudag diterbitkan, antara lain Glosarium Kedokteran, Glosarium Biologi, Glosarium Fisika, Glosarium Kimia, Glosarium Matematika, Glosarium Pendidikan, dan Glosarium Perikanan.

Dari apa yang dikemukakan di atas dapat dikatakan bahwa bahasa Indonesia mampu berperan sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi serta mampu sebagai wahana komunikasi di dunia politik, bisnis, pariwisata, seni , budaya, dan sebagainya. Dengan kata lain, bahasa Indonesia mampu berperan sebagai bahasa dan sarana komunikasi di segala bidang. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa bahasa Indonesia juga mampu sebagai sarana komunikasi di dunia intermasional.  3.Faktor Ekstrabahasa

Faktor ekstrabahasa dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, yakni faktor yang dapat memengaruhi secara langsung dan faktor yang dapat memengaruhi secara tidak langsung.

Faktor ekstrabahasa yang dapat memengaruhi secara langsung adalah jumlah penutur bahasa Indoensia dan sikap penutur bahasa Indonesia. Indonesia dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia merupakan modal yang sangat berarti untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional. Memang, tidak semua penduduk Indonesia dalam kehidupan sehari-harinya menggunakan bahasa Indonesia secara aktif, tetapi hampir semua penduduk Indonesia mengerti bahasa Indonesia.

Untuk dapat mendukung bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional, tentu saja perlu diciptakan sikap yang positif dari penutur bahasa Indonesia. Sikap yang positif penutur terhadap bahasa Indonesia tersebut ditandai dengan kesenangan orang Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Apabila penutur tersebut telah senang menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar, tentu saja mereka akan setia menggunakannya. Kesetiaan penutur menggunakan bahasa Indonesia ini akan membangkitkan kebanggaan terhadap bahasa Indonesia. Itulah yang disebut sebagai penutur yang memiliki sikap positif terhadap bahasa Indonesia.

Faktor ekstrabahasa yang dapat mempengaruhi secara tidak langsung, antara lain adalah daya tarik kekayaan alam dan budaya Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang sangat melimpah merupakan daya tarik bagi pelaku ekonomi dari mancanegara untuk berinvestasi di Indonesia. Dengan banyaknya pelaku ekonomi dari mancanegara yang berinvestasi di Indonesia ini mau tidak mau akan berdampak pada banyak orang asing yang masuk ke Indonesia. Hal itu dapat berdampak pula pada banyaknya orang asing yang ingin mempelajari bahasa Indonesia. Saat ini sudah banyak perguruan tinggi atau lembaga pendidikan (219 lembaga di 74 negara), baik di dalam negeri maupun di luar negeri, yang menyelenggarakan BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) (Wahya 2010:174).

Keanekaragaman budaya Indonesia telah menjadi daya pikat yang luar biasa bagi turis asing untuk datang dan menyaksikan berbagai budaya Indonesia. Apalagi Indonesia yang kaya budaya ini ditunjang sikap penduduknya yang terkenal ramah, luwes, dan mudah menerima budaya dari luar. Tidak kalah penting dari apa yang dikemukakan di atas adalah kestabilan keamanan di Indonesia. Dengan keamanan yang stabil saat ini, banyak wisatawan asing datang ke Indonesia tanpa rasa takut.

Beberapa media massa elektronik, khususnya radio yang disiarkan secara internasional, misalnya BBC, Radio Australia, Suara Amerika (Voice of America = VoA),  dan Radio Belanda, secara rutin mempunyai siaran dalam bahasa Indonesia. Tidak kalah pentingnya adalah kehadiran bahasa Indonesia di dunia internet. Sudah banyak laman yang ada di internet menyajikan berbagai informasi dengan menggunakan bahasa Indonesia. Bahkan, sudah banyak laman luar negeri pun menyediakan layanan dalam bahasa Indonesia. Tidak ketinggalan pula laman klub sepak bola ternama dunia juga sudah ada yang menyediakan layanan bahasa Indonesia bagi penggemarnya. Dengan demikian, saya yakin suatu saat nanti bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa internasional, semoga!4.Penutup

Dengan memperhatikan arah dan perkembangan bahasa Indonesia yang sudah jelas dan pasti tidak dapat dipungkiri bahwa bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa internasional. Kita sebagai pengguna bahasa Indonesia harus mendukung arah tersebut dengan menggunakan bahasa Indonesia dan lebih mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia daripada bahasa asing.  5.Daftar Pustaka

Alwi, Hasan. 2011. Bahasa Indonesia, Pemakai dan Pemakaiannya. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.Alwi, Hasan et al. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa  Indonesia. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Pustaka.Collins, James T. 2005. Bahasa Melayu Bahasa Dunia: Sejarah Singkat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.Moriyama, Mikihiro dan Manneke Budiman (Editor). 2010. Geliat Bahasa Selaras Zaman: Perubahan Bahasa-Bahasa di Indonesia Pasca-Orde Baru. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia. 2002. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.----------. 2005. Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Edisi ketiga, cetakan kedua. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.Sarwoko, Tri Adi. 2007. Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik. Yogyakarta: Penerbit ANDI.Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Edisi ke-4, cetakan ke-1. 2008. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama.Wahya. 2011. “Peningkatan Status Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional: Sudah Lebih Mantapkah Perencanaan Bahasanya?” Dalam Sugiyono dan Yeyen Maryani (Penyunting). 2011. Perencanaan Bahasa pada  Abad Ke-21: Kendala dan Tantangan (Risalah Simposium Internasional Perencanaan Bahasa). Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Bahasa Indonesia adalah identitas nasional yang dimiliki bangsa Indonesia. Bayangkan saja dari banyaknya bahasa daerah di Indonesia, bahasa Indonesialah yang disetujui dan ditetapkan sebagai bahasa persatuan. Jika dilihat dari asal usulnya dan dibandingkan dengan bahasa dari negara lain, bahasa Indonesia lebih mudah dipelajari yang mana dalam bahasa Indonesia tidak ada kala (tenses), tingkatan, atau tata bahasa gender yang sering ditemukan dalam bahasa Inggris atau Prancis. Karena “kemudahannya” ini bahasa Indonesia menarik perhatian para penutur asing.

Eksistensi bahasa Indonesia di kancah internasional dapat dilihat dari beberapa negara seperti Australia, Jepang, Korea Selatan, Hawai, dan Kanada yang memasukkan bahasa Indonesia sebagai pelajaran penting di Negara mereka. Bahkan pada tahun 2007, bahasa Indonesia menjadi bahasa kedua di Kota Ho Chi Minh, Vietnam.

Sampai sekarang Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) juga gencar mengirimkan pengajar lokal BIPA ke berbagai negara. Selain itu, para penutur asing belajar bahasa Indonesia disebabkan karena adanya keinginan untuk mengetahui budaya Indonesia,keinginan dapat berbicara dengan orang Indonesia tanpa terkendala bahasa, dan keinginan untuk membangun dan mempererat hubungan persahabatan antar bangsa.

Dengan bertambahnya jumlah penutur asing yang belajar bahasa Indonesia dan Badan Bahasa yang terus mengupayakan kemajuan bahasa Indonesia baik di dalam maupun luar negeri mampu memberikan kesempatan kepada bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional.

Namun, tantangan dalam menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional masih ada. Dilihat dari kehidupan penutur asli (orang Indonesia) yang sudah mengikuti arus modern mengakibatkan rakyat Indonesia lebih memilih belajar bahasa asing yang lebih keren. Rendahnya pengakuan dari penutur asli dan masih adanya sikap pesimistik terhadap bahasa Indonesia menjadi hambatan internal tersendiri dalam menjadikan bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa internasional.

Hal ini disebabkan tidak adanya dukungan dari rakyat itu sendiri. Bahkan, generasi muda bangsa sekarang sudah diajarkan untuk mengutamakan bahasa asing ketimbang mempelajari bahasa Indonesia. Kalau hal tersebut dibiarkan terus-menerus bahasa Indonesia bisa digantikan bahasa lain karena kehilangan penutur aslinya dan mimpi untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa Internasional tidak akan pernah terealisasi.

Untuk mengatasi tantangan tersebut diperlukan kesadaran penuh dan kerja keras antara pemerintah, Badan Bahasa, dan seluruh masyarakat untuk menyuarakan dengan lantang perihal pentingnya bahasa Indonesia untuk kemajuan hidup bangsa. Hal tersebut bisa dimulai dengan kembali mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari dan dalam segala bidang, sehingga bahasa Indonesia tidak hanya melekat di hati para penutur asing namun juga di hati penutur aslinya. Gunanya untuk menyadarkan kembali penutur asli bahwa bahasa Indonesia adalah identitas nasional.

Pada akhirnya untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional, diperlukan perbaikan dan pembinaan terlebih dahulu mengenai bahasa Indonesia di mata penutur asli (rakyat Indonesia). Setelah itu diperlukan juga kesadaran dan dukungan penuh seluruh rakyat Indonesia yang bahu-membahu memajukan dan menyebarkan bahasa Indonesia sehingga suatu saat perkataan mengenai “bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional” dapat terwujud.

Di tangan masyarakatlah perkataan tersebut dapat terlaksana. Dari melihat peluang besar yang ada mengenai bahasa Indonesia, kiranya bangsa Indonesia mampu memanfaatkannya dengan sebaik mungkin untuk mengepakkan sayapnya di mata dunia.

Penulis: Indi Kusuma Hati | Gambar: Freepik

Ditulis oleh Dr. Felicia N. Utorodewo(Praktisi pendidikan dan pelatih bahasa Indonesia)

Pada tahun 2009, diterbitkan Undang-Undang No. 24, tahun 2009 mengenai Bendera, Bahasa dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Salah satu amanah dalam undang-undang tersebut adalah peningkatan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional (Pasal 44). Diharapkan bahwa peningkatan tersebut dilakukan secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan. Tercantum pula bahwa peningkatan fungsi tersebut dikoordinasi oleh lembaga kebahasaan dan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Peningkatan fungsi bahasa Indonesia harus dilakukan secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan. Artinya, harus ada rencana kerja yang jelas yang akan menetapkan prioritas dalam pelaksanaan peningkatan fungsi bahasa Indonesia tersebut. Tentunya, peningkatan fungsi bahasa itu tidak berdiri sendiri. Peningkatan fungsi bahasa berkaitan dengan kebijakan pemerintah. Kebijakan pemerintah berkaitan dengan sosial, politik, ekonomi, dan budaya Indonesia sebagai sebuah bangsa. Pertanyaannya adalah apakah kita, sebagai sebuah bangsa, mampu menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional?

Usaha untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional bukan pekerjaan mudah dan tidak dapat dilakukan hanya dengan membuat moto atau peraturan. Meningkatkan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional juga merupakan sebuah kerja besar yang melibatkan segala unsur masyarakat dan sinergi dari semua kementerian di lingkungan pemerintahan kita. Kita tidak dapat hanya bergantung kepada Badan Bahasa, Kemdikbud. Selain itu, harus ada niat dan kebijakan politis dari pemerintah Indonesia.

Usaha meningkatkan fungsi bahasa Indonesia diawali dengan memberdayakan bahasa Indonesia. Artinya, menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang bergengsi. Jika kita ingin bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional, kita harus menunjukkan kekuatan kita sebagai bangsa dan negara. Kenyataan ini pernah dikemukakan oleh Prof. Dr. Harimurti Kridalaksana dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI. Kegiatan memberdayakan bahasa Indonesia harus ditunjang dengan kekuatan politik dan ekonomi. Artinya, pertama-tama, secara politis, kita harus unggul. Kedua, ekonomi kita harus stabil dan kuat. Kita harus dapat mengatasi korupsi; harus mampu memanfaatkan sumber daya manusia dan kekayaan alam; dan harus mampu menonjolkan kekuatan budaya bangsa. Barulah, kita dapat, secara regional, menjadi bahasa resmi di ASEAN (Association of Southeast Asian Nations atau Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara). Untuk kemudian, meningkatkan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional. Ingat, dalam usaha menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi di lingkungan ASEAN, kita bersaing dengan bahasa Melayu dari Malaysia.

Mari, kita belajar dari bahasa Inggris. Bahasa Inggris digunakan di seluruh dunia karena kekuatan politik dan ekonomi, baik dari Kerajaan Inggris maupun dari Amerika Serikat. Tidak dapat pula diabaikan peran penting kamus monolingual dalam penyebaran dan pemberdayaan bahasa Inggris sebagai bahasa dunia. Sejak awal, kedua negara itu menekankan kepentingan penyusunan kamus monolingual yang, kemudian, dikembangkan menjadi kamus bilingual, bahkan polilingual. Ada dua kamus besar yang berperan dalam penyebaran bahasa Inggris, yaitu Kamus Merriam-Webster dari Amerika (1831) dan Kamus Oxford dari Inggris (1884). Melalui kedua kamus tersebut dapat diketahui persaingan kedua negara dalam mengembangkan, menyebarkan, dan juga dalam memberdayakan bahasa Inggris di negara masing-masing dan di seluruh dunia.

Indonesia dapat meniru kebijakan yang berlaku dalam penyebaran dan pemberdayaan bahasa Inggris. Pertama, menyempurnakan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). KBBI masih harus disempurnakan agar benar-benar dapat menjadi pegangan penutur bahasa Indonesia, dalam mengajarkan, menyebarkan, dan memberdayakan bahasa kita.  Kedua, membuat kamus bilingual dari bahasa Indonesia-bahasa daerah dan sebaliknya. Dengan kamus-kamus itu, literasi dapat berkembang dengan baik serta pemberdayaan bahasa Indonesia akan meningkat. Pengguna dan penutur pun akan lebih sadar akan kepentingan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan pemersatu. Ketiga, menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi di Asia Tenggara dalam penyusunan kamus bilingual, bahasa Indonesia-bahasa negara Asia Tenggara dan sebaliknya. Sementara ini, sudah ada kamus bilingual untuk bahasa Indonesia dengan bahasa asing lain, seperti bahasa Inggris, Perancis, Mandarin, Rusia, Arab, dan Korea. Semua kamus merupakan hasil kerja sama antara perguruan tinggi di Indonesia dan perguruan tinggi di mancanegara.

Usaha yang sudah lama dilakukan oleh perguruan tinggi di Indonesia dan juga mahasiswa yang belajar di luar negeri adalah mengajarkan bahasa Indonesia kepada orang asing. Dalam pelaksanaannya, ada Peraturan Pemerintah No. 57, Tahun 2014 tentang Pengembangan, Pembinaan, dan Perlindungan Bahasa dan Sastra, serta Peningkatan Fungsi Bahasa Indonesia. Peraturan Pemerintah tersebut kemudian didukung oleh Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 27, Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi Lulusan Kursus dan Pelatihan Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA).

Usaha lain adalah penerjemahan karya sastra Indonesia ke dalam bahasa asing, misalnya bahasa Inggris, Italia, Spanyol, Jerman, Rusia. Karya-karya terjemahan itu diterbitkan oleh perguruan tinggi di luar negeri dan juga lembaga-lembaga swasta yang berkecimpung dalam penyebaran karya sastra Indonesia. Pada akhirnya, penerjemahan itu berkait juga dengan penyebaran bahasa Indonesia ke manca negara.

Kembali kepada pertanyaan, “dapatkah bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional?” Tentu jawabannya adalah “Dapat!” Memang, diperlukan tekad dan kerja keras. Namun, pada akhirnya, bahasa Indonesia pasti dapat menjadi bahasa internasional.

Kedudukan Dunia FIFA (bahasa Inggeris: FIFA World Rankings) adalah sebuah sistem kedudukan bagi pasukan kebangsaan lelaki di dalam bola sepak, yang pada masa ini diketuai oleh Belgium.[1] Pasukan-pasukan negara ahli FIFA (Fédération Internationale de Football Association), badan pentadbir bola sepak dunia, ditempatkan dalam kedudukan berdasarkan kepada keputusan perlawanan mereka yang menunjukkan hasil pasukan yang paling berjaya diletakkan paling tinggi. Kedudukan ini telah diperkenalkan pada bulan Disember 1992, dan lapan pasukan (Argentina, Belgium, Brazil, Perancis, Jerman, Itali, Belanda dan Sepanyol) pernah memegang kedudukan teratas, dimana pasukan Brazil memegang kedudukan pertama paling lama.

Pada bulan Disember 1992, FIFA pertama kali menerbitkan satu senarai dalam urutan kedudukan ahli-ahli persatuannya untuk memberikan asas perbandingan kekuatan relatif setiap pasukan. Dari bulan Ogos berikutnya, senarai ini lebih kerap dikemas kini, untuk diterbitkan setiap bulan.[2] Perubahan penting telah dilaksanakan pada bulan Januari 1999 dan sekali lagi pada Julai 2006, sebagai tindak balas terhadap kritikan sistem.[3] Rekod sejarah kedudukan, seperti yang disenaraikan di FIFA.com, mencerminkan kaedah pengiraan yang digunakan pada masa itu, kerana kaedah semasa tidak digunakan secara retrospektif ke kedudukan sebelum Julai 2006. Keahlian FIFA telah berkembang dari 167 hingga ke 211 sejak kedudukan bermula; 210 ahli kini dimasukkan dalam kedudukan. Kepulauan Cook adalah ahli persatuan FIFA tunggal yang tiada kedudukan, telah dikeluarkan daripada kedudukan pada bulan September 2019 selepas tidak bermain apa-apa perlawanan dalam tempoh empat tahun sebelumnya.[4]

Formula kedudukan yang digunakan dari Ogos 1993 hingga Disember 1998 sangat sederhana dan cepat menjadi perhatian kerana kurangnya faktor sokongan. Apabila kedudukannya diperkenalkan pada mulanya, pasukan menerima satu mata untuk seri atau tiga untuk kemenangan dalam perlawanan yang diiktiraf oleh FIFA – sama seperti sistem pemarkahan liga tradisional. Bagaimanapun, pendekatan ini agak sederhana, dan FIFA dengan cepat menyadari terdapat banyak faktor yang mempengaruhi perlawanan antarabangsa.

Pada Januari 1999, FIFA memperkenalkan sistem pengiraan kedudukan yang disemak, memasukkan banyak perubahan sebagai tindak balas terhadap kritikan kedudukan yang tidak sesuai. Untuk kedudukan semua perlawanan, semua jaringan dan segala kepentingan semua dicatatkan, dan telah digunakan dalam prosedur pengiraan. Hanya perlawanan untuk pasukan kebangsaan lelaki senior dimasukkan. Sistem kedudukan berasingan digunakan untuk pasukan wanita dan junior, contohnya Kedudukan Dunia Wanita FIFA. Kedudukan wanita adalah, dan masih berdasarkan prosedur yang merupakan versi ringkas dari Penilaian Bola Sepak Elo.[5]

Perubahan utama adalah seperti berikut:

Dua anugerah baru diperkenalkan sebagai sebahagian daripada sistem:

Perubahan membuat sistem kedudukan lebih kompleks, tetapi membantu meningkatkan ketepatannya dengan membuatnya lebih komprehensif.

FIFA mengumumkan bahawa sistem kedudukan ini akan dikemaskini selepas Piala Dunia 2006. Tempoh penilaian dipotong dari lapan hingga empat tahun, dan kaedah pengiraan yang lebih mudah digunakan untuk menentukan kedudukan.[6] Jaringan gol dan kelebihan di tempat sendiri atau di tempat lawan tidak lagi diambil kira, dan aspek pengiraan lain, termasuk kepentingan yang dikaitkan dengan jenis perlawanan yang lain, telah disemak semula. Set pertama kedudukan disemak dan kaedah pengiraan telah diumumkan pada 12 Julai 2006.

Perubahan ini telah berakar umbi sekurang-kurangnya di bahagian dalam kritikan yang meluas dari sistem kedudukan sebelumnya. Ramai peminat bola sepak merasakan ia tidak tepat, terutamanya jika dibandingkan dengan sistem kedudukan yang lain dan ia tidak cukup responsif kepada perubahan dalam prestasi pasukan individu.

Pada September 2017, FIFA mengumumkan bahawa mereka sedang mengkaji semula sistem kedudukan dan akan memutuskan selepas tamatnya Kelayakan Piala Dunia FIFA 2018 jika ada perubahan yang perlu dilakukan untuk memperbaiki kedudukannya.[7] FIFA mengumumkan pada 10 Jun 2018 bahawa sistem kedudukan akan dikemas kini selepas Piala Dunia 2018. Kaedah pengiraan yang akan diguna pakai akan dimodelkan dengan teliti selepas Sistem penilaian Elo dan kedudukan ahli persatuan akan dikemas kini secara asas kepada setiap perlawanan ke setiap perlawanan. Pemberat yang ditetapkan untuk setiap konfederasi untuk tujuan kedudukan akan dimansuhkan.[8] Walau bagaimanapun, kaedah baru tidak menyumbang untuk kemenangan di tempat sendiri atau di tempat lawan, seperti kedudukan Elo.[9]

FIFA berhasrat untuk memperkenalkan sistem kedudukan baru pada Julai 2018, tetapi tanpa perlawanan yang dijadualkan antara tarikh kedudukan Julai dan Ogos, ditangguhkan sehingga Ogos 2018. Terdapat spekulasi dari wartawan bola sepak seperti ESPN Dale Johnson bahawa ini adalah kerana unjuran kedudukan baru telah melihat perubahan yang agak sedikit dalam kedudukan,[10] dengan Jerman – yang telah disingkirkan pada pusingan pertama Piala Dunia – baki sebagai pasukan kedudukan teratas.[11] FIFA pada asalnya merancang untuk menggunakan mata kedudukan dunia yang ada pada Jun 2018 sebagai penilaian permulaan, tetapi ketika kedudukan Ogos muncul, permulaan mata telah diubah menjadi pengedaran yang sama antara 1600 (Jerman, sebagai pasukan kedudukan teratas sebelum ini) dan 868 (Anguilla, Bahamas, Eritrea, Somalia, Tonga dan Kepulauan Turks dan Caicos, yang mempunyai 0 mata pada bulan Jun), mengikut formula:

di mana R adalah kedudukan pada bulan Jun 2018. Apabila dua atau lebih pasukan mempunyai kedudukan yang sama, kemungkinan pasukan berikut menerima kedudukan segera seterusnya. jika dua pasukan mempunyai R=11, pasukan berikut mempunyai R=12, bukan 13. Kemudian penilaian berubah mengikut perlawanan yang dimainkan selepas pengeluaran sebelumnya dikira.[12][13] Ini menghasilkan jadual kedudukan yang lebih dramatik, dengan Jerman jatuh ke 15 dan juara Piala Dunia FIFA 2018 Perancis bergerak ke kedudukan teratas.[13]

Bermula dengan kedudukan April 2021, mata pasukan kini dibundarkan kepada dua mata perpuluhan, bukannya dibundarkan kepada integer terdekat.[13]

Apabila sistem itu diperkenalkan, Jerman memulakan kerjaya sebagai pasukan teratas berikutan tempoh penguasaan mereka yang berpanjangan di mana mereka telah mencapai tiga perlawanan akhir Piala Dunia FIFA sebelum ini, memenangi salah satu daripadanya. Brazil mendahului menjelang Piala Dunia FIFA 1994 selepas memenangi lapan dan hanya kalah satu daripada sembilan perlawanan kelayakan, semasa dalam perjalanan menjaringkan dua puluh gol dan hanya bolos empat. Itali kemudian mendahului untuk masa yang singkat di belakang kempen kelayakan Piala Dunia mereka yang sama berjaya, selepas itu tempat teratas dituntut semula oleh Jerman.

Kejayaan Brazil dalam kempen kelayakan yang panjang membolehkan mereka mendahului untuk tempoh yang singkat. Jerman mendahului sekali lagi semasa Piala Dunia 1994, sehingga kemenangan Brazil dalam pertandingan itu memberikan mereka pendahuluan besar yang akan bertahan selama hampir tujuh tahun, sehingga mereka diatasi oleh pasukan Perancis yang kuat yang menawan kedua-dua Piala Dunia FIFA 1998 dan UEFA Euro 2000.

Kejayaan di Piala Dunia FIFA 2002 mengembalikan Brazil ke kedudukan teratas, di mana mereka kekal sehingga Februari 2007, apabila Itali kembali ke puncak buat kali pertama sejak tahun 1993 selepas kemenangan Piala Dunia FIFA 2006 mereka di Jerman. Hanya sebulan kemudian, Argentina menggantikan mereka, mencapai puncak buat kali pertama, tetapi Itali mendapat semula tempatnya pada bulan April. Selepas memenangi Copa América 2007 pada bulan Julai, Brazil kembali ke puncak, tetapi digantikan oleh Itali pada bulan September dan kemudian Argentina pada bulan Oktober.

Pada bulan Julai 2008, Sepanyol mengambil alih kedudukan pemimpin buat kali pertama, setelah memenangi UEFA Euro 2008. Brazil memulakan tugas keenam di kedudukan teratas pada Julai 2009 selepas memenangi Piala Konfederasi 2009, dan Sepanyol merangkul semula gelaran itu pada November 2009 selepas memenangi setiap perlawanan dalam kelayakan untuk Piala Dunia FIFA 2010.

Pada bulan April 2010, Brazil kembali ke puncak jadual. Selepas memenangi Piala Dunia 2010, Sepanyol memperoleh semula kedudukan teratas dan memegangnya sehingga Ogos 2011, ap abila Belanda mencapai tempat teratas buat kali pertama, hanya untuk melepaskannya pada bulan berikutnya.

Pada bulan Julai 2014, Jerman mengambil alih pendahulu sekali lagi, setelah memenangi Piala Dunia FIFA 2014. Pada bulan Julai 2015, Argentina mencapai tempat teratas buat kali pertama sejak 2008, selepas mara ke Final Piala Dunia FIFA 2014 dan juga Final Copa America 2015. Pada bulan November 2015, Belgium menjadi kedudukan pemimpin dalam ranking FIFA buat kali pertama, selepas mengungguli kumpulan kelayakan Euro 2016 mereka. Belgium mengetuai ranking sehingga April 2016, apabila Argentina kembali ke puncak. Pada 6 April 2017, Brazil kembali ke tempat No. 1 buat kali pertama sejak sebelum Piala Dunia 2010, tetapi Jerman kembali mendapat tempat teratas pada Julai selepas memenangi Piala Konfederasi.

Pada musim panas 2018, FIFA mengemas kini sistem penarafan mereka dengan mengguna pakai sistem penarafan Elo. Senarai kedudukan pertama dengan sistem ini, pada Ogos 2018, menyaksikan Perancis merampas semula tempat teratas buat kali pertama selepas hampir 16 tahun, setelah memenangi Piala Dunia FIFA 2018. Sebulan kemudian, buat pertama kalinya, dua pasukan menjadi ketua bersama apabila Belgium mencapai ranking yang sama dengan Perancis. Ini hanya berlangsung selama sebulan apabila Belgium memperoleh semula pemilikan tunggal tempat teratas pada September 2018 dan mengekalkannya selama hampir empat tahun sehingga akhir Mac 2022, dengan hanya Brazil dan Sepanyol yang memegangnya lebih lama tanpa gangguan. Pada Mac 2022, Brazil kembali ke senarai teratas selama kira-kira setahun sebelum dipintas oleh pemenang Piala Dunia FIFA 2022 Argentina pada 6 April 2023.

Kedudukan tersebut digunakan oleh FIFA untuk menilai kemajuan dan keupayaan pasukan bola sepak kebangsaan negara anggotanya, dan mendakwa bahawa mereka mencipta "langkah yang boleh dipercayai untuk membandingkan pasukan A negara". Ia digunakan sebagai sebahagian daripada pengiraan, atau keseluruhan alasan untuk pertandingan benih. Dalam kejohanan kelayakan Piala Dunia FIFA 2010, kedudukan telah digunakan untuk memilih kumpulan dalam pertandingan yang melibatkan ahli CONCACAF (menggunakan kedudukan bulan Mei), CAF (dengan set data bulan Julai), dan UEFA, menggunakan kedudukan dari bulan November 2007 yang ditangguhkan khas jawatan.

Kedudukan bulan Oktober 2009 digunakan untuk menentukan pilihan undian akhir Piala Dunia FIFA 2010.[14] Kedudukan bulan Mac 2011 digunakan untuk mengundi undian bagi pusingan kelayakan kedua Kejohanan Pra-Olimpik Lelaki CAF 2012.[15]

Kedudukan juga digunakan untuk menentukan pemenang dua anugerah tahunan yang diterima pasukan kebangsaan berdasarkan prestasi mereka dalam ranking.

Persatuan Bola Sepak (Inggeris) menggunakan purata kedudukan 24 bulan terakhir sebagai salah satu kriteria untuk permit kerja pemain.[16]

Sejak diperkenalkan pada tahun 1992, Kedudukan Dunia FIFA telah menjadi subjek perdebatan, terutamanya mengenai prosedur pengiraan dan perbezaan yang terhasil antara kualiti yang dilihat secara umum dan kedudukan dunia beberapa pasukan. Kepincangan yang dilihat dalam sistem FIFA telah membawa kepada penciptaan beberapa kedudukan alternatif daripada ahli statistik bola sepak.

Sistem awal adalah sangat mudah, tanpa wajaran untuk kualiti lawan atau kepentingan perlawanan. Ini menyaksikan Norway mencapai tempat kedua pada Oktober 1993 dan Julai–Ogos 1995, ranking yang dikritik pada masa itu.[17] Kedudukan tersebut disesuaikan pada tahun 1999 untuk memasukkan wajaran berdasarkan kepentingan perlawanan dan kekuatan lawan. Kemenangan ke atas lawan yang lemah menyebabkan lebih sedikit mata yang diberikan daripada kemenangan ke atas yang lebih kuat. Selanjutnya penyesuaian pada tahun 2006 telah dibuat untuk mengurangkan bilangan keputusan tahun yang dipertimbangkan daripada 8 kepada 4,[17][18] dengan lebih bergantung pada perlawanan dalam tempoh 12 bulan sebelumnya.

Namun begitu, kritikan terhadap kedudukan kekal, dengan anomali tertentu diperhatikan termasuk: Amerika Syarikat naik ke tangga keempat pada 2006, yang mengejutkan pemain mereka sendiri;[19] Israel naik ke tangga ke-15 pada November 2008, yang mengejutkan akhbar Israel;[20][21][22] dan Belgium dapat kedudukan peringkat nombor 1 dunia pada November 2015, walaupun Belgium hanya bermain dalam satu peringkat akhir kejohanan dalam tempoh 13 tahun yang lalu.[23]

Kritikan lanjut terhadap formula 2006–2018 termasuk ketidakupayaan tuan rumah kejohanan utama untuk mengekalkan tempat tinggi dalam ranking, kerana pasukan itu hanya mengambil bahagian dalam perlawanan persahabatan bernilai rendah kerana kelayakan automatik mereka untuk kejohanan itu. Sebagai contoh, Piala Dunia FIFA 2014 tuan rumah Brazil jatuh ke kedudukan rendah rekod ke-22 di dunia sebelum kejohanan itu,[24][25] di mana mereka kemudiannya mendapat tempat keempat. Piala Dunia FIFA 2018 tuan rumah Rusia mempunyai kedudukan paling rendah (ke-70) pada kejohanan itu, di mana mereka mara ke suku akhir sebelum tunduk kepada finalis akhirnya Croatia menerusi sepakan penalti.

Pada 2010-an, pasukan menyedari sistem ranking boleh 'dipermainkan', khususnya dengan mengelak bermain perlawanan bukan pertandingan, terutamanya menentang lawan yang lebih lemah.[26] Ini adalah kerana wajaran perlawanan persahabatan yang rendah bermakna walaupun kemenangan boleh mengurangkan skor purata pasukan: dengan kata lain, pasukan boleh memenangi perlawanan dan kehilangan mata. Sebelum pemilihan cabutan awal Piala Dunia 2018, Romania malah melantik perunding kedudukan, bermain hanya satu perlawanan persahabatan pada tahun sebelum undian.[27][28][29] Tuduhan serupa telah dibuat terhadap Switzerland, yang merupakan pasukan pilihan di Piala Dunia FIFA 2014 yang hanya bermain tiga perlawanan persahabatan pada tahun sebelumnya,[26] dan Poland sebelum Piala Dunia FIFA 2018.[30]

Penggunaan pengganda kekuatan serantau dalam kedudukan formula sebelum 2018 juga dituduh memperkukuh dan mengekalkan kecenderungan untuk dan terhadap wilayah tertentu.[31]

Pada 10 Jun 2018, sistem ranking baharu telah diluluskan oleh Majlis FIFA. Ia berdasarkan Sistem penilaian Elo dan selepas setiap mata permainan ditambah atau ditolak daripada penilaian pasukan mengikut formula:

Mata negatif dalam peringkat kalah mati pertandingan akhir tidak menjejaskan penilaian pasukan.

Setiap tahun FIFA menyerahkan dua anugerah kepada negara anggotanya, berdasarkan kedudukan mereka. Antaranya ialah:

Pasukan Terbaik Tahunan dianugerahkan setiap tahun kepada pasukan kedudukan pertama dalam Kedudukan Dunia FIFA edisi Disember. Kecuali pada tahun 2000 dan 2001, di mana kaedah pengiraan berbeza menentukan anugerah sebaliknya harus diberikan kepada: Pasukan kebangsaan dengan purata mata tertinggi dalam tujuh perlawanan terbaik mereka tahun baru-baru ini berakhir pada 31 Disember.[32]

Argentina merupakan Pasukan Terbaik Tahun Ini buat kali ketiga dalam sejarah 30 tahun dalam kedudukan. Brazil memegang rekod kemenangan paling banyak berturut-turut (7 tahun antara 1994 dan 2000) dan paling banyak kemenangan keseluruhan (tiga belas). Jadual menunjukkan tiga pasukan terbaik setiap tahun:

Penggerak Terbaik Tahunan telah dianugerahkan kepada pasukan yang membuat kemajuan yang terbaik sehingga kedudukan sepanjang tahun ini. Dalam kedudukan FIFA, ini bukan sekadar pasukan yang telah meningkat tempat yang paling, tetapi pengiraan dilakukan untuk mengambil kira hakikat bahawa ia menjadi semakin sukar untuk memperoleh lebih mata yang tinggi sehingga kedudukan pasukan adalah. Pengiraan yang digunakan ialah bilangan mata pasukan telah pada akhir tahun ini ( z) didarab dengan bilangan mata ia perolehi pada tahun ini ( y). Pasukan dengan indeks tertinggi pada pengiraan ini menerima anugerah tersebut. Jadual di bawah menunjukkan tiga penggerak terbaik dari setiap tahun.[33]

Anugerah tidak menjadi suatu bahagian rasmi anugerah sejak 2006.

Walaupun anugerah rasmi belum dibuat bagi pergerakan sejak tahun 2006, FIFA telah mengeluarkan senarai 'Penggerak Terbaik' dalam kedudukan sejak tahun 2007.[34] Walau bagaimanapun, kaedah pengiraan itu telah ditukar kepada perbezaan dalam mata ranking sepanjang tahun ini (bukan metodologi yang digunakan dalam anugerah rasmi 1993-2006). Keputusan bagi tahun terakhir adalah berdasarkan kaedah yang sama.

Kedudukan biasanya diterbitkan empat kali setahun.[35]

Jika anda melihat rencana yang menggunakan templat {{tunas}} ini, gantikanlah dengan templat tunas yang lebih spesifik.

Jakarta (ANTARA) - Setelah melalui rangkaian panjang usaha dan diskusi, sidang pleno UNESCO pada 20 November 2023 memutuskan untuk menerima usulan Pemerintah Indonesia menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi sidang umum salah satu badan di bawah naungan Perserikatan Banga-Bangsa (PBB) itu.

Dengan demikian, Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi ke-10 pada Sidang Umum badan PBB untuk pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan tersebut, melengkapi sembilan bahasa PBB lainnya, yaitu Bahasa Inggris, Prancis, Arab, China, Rusia, Spanyol, Hindi, Italia, dan Portugis.

Dubes dan Wakil Tetap RI untuk UNESCO Ismunandar, dalam suatu kesempatan mengatakan pengakuan ini sekaligus menunjukkan peran penting Bahasa Indonesia dalam mendorong perdamaian dan solidaritas dunia.

Hal ini sekaligus menyiratkan keyakinan UNESCO terhadap pentingnya bahasa karena perdamaian dunia mustahil dibangun hanya dengan ekonomi dan politik semata.

Salah satu peran penting Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi Sidang Umum UNESCO adalah semua keputusan sidang UNESCO harus diterjemahkan ke dalam bahasa resmi, termasuk Bahasa Indonesia.

Pengakuan ini juga ditunjukkan dengan penerjemahan dokumen UNESCO 2023 ke Bahasa Indonesia sebanyak 250 buku dan 29 permainan matematika ke dalam Bahasa Indonesia, yang dilanjutkan ke dalam 27 bahasa daerah untuk mendukung literasi dan pelestarian Bahasa Indonesia di daerah terpencil, demikian Ismunandar.

Prestasi ini menunjukkan peran dan fungsi Bahasa Indonesia yang sudah teruji dalam perjalanan sejarahnya sejak Sumpah Pemuda 1928, sebagai bahasa nasional yang telah memainkan perannya dalam berbagai kepentingan bangsa. Keberhasilan Bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu ribuan etnis di Indonesia merupakan modal utama dan menjadi kunci perdamaian dunia melalui bahasa.

Kekuatan lainnya yang menjadi kebanggaan bangsa ini adalah penutur Bahasa Indonesia adalah semua orang di seluruh wilayah Indonesia, yakni sekitar 270 juta.

Dalam tataran akademis, Bahasa Indonesia menjadi pelajaran wajib sejak kelas satu SD sampai perguruan tinggi. Untuk satu mata pelajaran ini tidak boleh ada angka merah atau tidak lulus. Beberapa dosen yang mengampu Bahasa Indonesia di kampus-kampus mengungkapkan betapa lelahnya mereka dalam penyampaian materi Bahasa Indonesia.

Meski mahasiswa sudah belajar Bahasa Indonesia sejak kelas 1 SD, namun pemahaman dan kesadaran berbahasa masih belum memuaskan. Salah satu faktor penghambat adalah sikap menggampangkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu. Selain itu, peran media massa dengan narasumber yang kurang menghargai Bahasa Indonesia juga ikut mempengaruhi sikap mahasiswa.

Menurut Ismunandar, dengan posisi Bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional, maka perlu langkah nyata yang dapat dilakukan, yakni bagaimana meningkatkan minat warga dunia terhadap Bahasa Indonesia, apalagi di tengah maraknya konflik antarnegara.

Belum lama ini, KBRI Canberra di Australia meluncurkan program "Kawan Ngobrol" untuk mempromosikan Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA). Ada 16 sekolah dan dua perguruan tinggi di Canberra yang menawarkan kursus Bahasa Indonesia.

Selain itu, perlu upaya pengayaan kosakata Bahasa Indonesia secara terus menerus serta membangun kesenangan dan kesadaran berbahasa bagi masyarakat luas. Upaya pengayaan itu bisa dilakukan lewat jalur ilmiah dan bahasa daerah.

Berbagai peristiwa komunikasi dalam masyarakat, seperti debat presiden menjelang Pemilu 2024, juga telah melahirkan kosakata yang cukup menyegarkan. Ada joget gemoy, gimik, omon-omon, terkelok-kelok, mea-mea, biu-biu, hilirisasi digital, dan lainnya.

Data Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jumlah kosakata mencapai 120 ribu pada tahun 2023 dan diharapkan mencapai 200 ribu di tahun 2024.

Ribuan kosakata ini diharapkan dapat menjadi sarana komunikasi kebersamaan antarwarga, seiring dengan alasan UNESCO menjadikan Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi UNESCO, yakni sebagai pendorong perdamaian dunia.

Dalam konteks ini, maka peran dan fungsi Bahasa Indonesia agaknya tidak cukup hanya memperkaya kosakata, karena banyak sekali peristiwa komunikasi yang cukup meresahkan masyarakat karena faktor bahasa.

Tawuran antarwarga di beberapa kawasan di Jakarta dan daerah-daerah lainnya sampai sekarang masih sering terjadi. Berita kekerasan terhadap anak dan perempuan, ayah memperkosa anak kandung, ibu membunuh bayi, juga belum berhenti. Manakah bahasa media yang dapat mengubah perilaku sadis masyarakat? Sebuah penelitian mengungkapkan bahasa media justru memperparah kesadisan dalam masyarakat.

Ini artinya, bahasa tidak cukup hanya memperkaya kosakata, tapi juga perlu pengayaan makna di balik kosakata, karena setiap kata atau kalimat adalah tindak tutur dan berpengaruh pada perilaku pembaca.

Dari sisi pragmatik, setiap kata atau kalimat mengandung tiga tindak tutur sekaligus, yakni lokusi, ilokusi dan perlokusi. Artinya, setiap tuturan kata atau kalimat yang disampaikan pastilah memiliki pesan dan tujuan tertentu serta efek yang diharapkan. Di sinilah sering terjadi kesalahpahaman antara pembicara dan pendengar, yang dapat memicu tindak kekerasan.

Pengayaan kosakata dan makna di balik kata atau kalimat tuturan, langsung atau lewat media, seperti "kawan ngobrol" yang dilakukan kampus di Canberra perlu didukung tindakan nyata semua pihak, agar Bahasa Indonesia yang sudah diakui UNESCO sebagai bahasa resmi internasional dapat menjadi kebanggaan bagi Bangsa Indonesia.

*) Dr Artini adalah pimpinan Lembaga Pendidikan Jurnalistik ANTARA 2003-2006

Copyright © ANTARA 2024

Abdul Aziz Hendra, seorang penyanyi solo pria dan penulis lagu asal Indonesia, telah menjelma dari seorang penyanyi cover di media sosial menjadi salah satu figur yang diperhitungkan di industri musik Indonesia. Di bawah naungan Sony Music Entertainment Indonesia, Aziz telah merilis beberapa single yang mencuri perhatian, termasuk “Somebody’s Pleasure”, “no more you and i”, dan “Issa Goodbye”.

Jangan Lupa Baca Juga : Aruma Merilis EP Bertumbuh, Sebuah Perayaan Proses Perkembangan Karir Bermusik

Single debut Aziz, “Somebody’s Pleasure”, menjadi tonggak penting dalam karier musiknya. Lagu ini tidak hanya berhasil masuk ke tangga lagu Viral 50 di 13 negara dan Global, tetapi juga menerima sertifikasi double platinum stream di Spotify Indonesia dan Malaysia. Kesuksesan ini membawa Aziz meraih penghargaan sebagai Artis Solo Soul/R&B Terbaik dalam Anugerah Musik Indonesia tahun 2023.

Prestasi Aziz tidak hanya terbatas di dalam negeri. Dia juga telah mencapai sorotan internasional, terutama di Amerika dan Barcelona. Sebagai contoh, Aziz pernah menjadi bagian dari Artists Radar Spotify Discover yang ditampilkan di Times Square. Selain itu, single khusus Spotify miliknya, “Itu Aku”, juga mendapat pengakuan di Amerika dan Barcelona.

Jangan Lupa Baca Juga : Sheaves Memperkenalkan Nuansa Alternative Rock Era 90-an dalam Debut EP Mereka

Dengan pencapaian luar biasa ini, Aziz Hendra semakin dikenal sebagai musisi yang sedang menanjak. Kini, dia tengah mempersiapkan diri untuk merilis EP terbarunya yang berjudul “Lesson”, yang akan menghadirkan 5 track baru yang diantisipasi dengan antusias oleh para penggemarnya.

Abdul Aziz Hendra, yang lebih dikenal dengan nama panggung Aziz, lahir dengan bakat musikal yang kuat. Sejak dini, dia telah menunjukkan minat yang mendalam dalam musik, sering kali menirukan lagu-lagu favoritnya di rumah. Namun, perjalanan resminya dalam dunia musik dimulai ketika dia memutuskan untuk berbagi bakatnya dengan dunia melalui media sosial. Dengan suara yang unik dan bakat alami dalam menulis lagu, Aziz dengan cepat menarik perhatian para penggemar musik di Indonesia.

Setelah beberapa tahun mengunggah video cover di platform media sosialnya, Aziz mulai mendapatkan pengikut yang cukup besar. Tidak hanya mengcover lagu-lagu populer, dia juga aktif menampilkan karya-karyanya sendiri. Ketika popularitasnya terus meningkat, Aziz mulai menarik perhatian dari beberapa label rekaman besar di Indonesia. Akhirnya, pada tahun 2020, Aziz menandatangani kontrak dengan Sony Music Entertainment Indonesia, membuka babak baru dalam kariernya sebagai musisi profesional.

Single debut Aziz, “Somebody’s Pleasure”, segera menempatkannya di peta musik Indonesia dan internasional. Lagu ini memadukan elemen soul dan R&B dengan sentuhan modern, menciptakan suara yang unik dan menggugah. Ditambah lagi dengan lirik yang kuat dan emosional, lagu ini berhasil mencuri hati para pendengar. Kesuksesan “Somebody’s Pleasure” tidak hanya terbatas di dalam negeri, tetapi juga menarik perhatian di pasar internasional, terutama di Malaysia.

Dalam beberapa bulan setelah rilisnya, “Somebody’s Pleasure” berhasil masuk ke dalam tangga lagu Viral 50 di 13 negara dan Global, menandai keberhasilan Aziz di panggung musik dunia. Di Malaysia, lagu ini bahkan menerima sertifikasi double platinum stream di Spotify, membuktikan daya tarik Aziz sebagai musisi lintas batas. Prestasi ini semakin diperkuat dengan penghargaan sebagai Artis Solo Soul/R&B Terbaik dalam Anugerah Musik Indonesia tahun 2023.

Jangan Lupa Baca Juga : Pugar Restu Julian, Micki Mahendra, Orliando, dan Arisetiaji Luncurkan Single “Akhirnya Kita Di Sini”

Namun, pencapaian Aziz tidak berhenti di situ. Dia terus mengukir prestasi baru, memperluas jangkauan internasionalnya dan membuktikan bahwa bakatnya tidak terbatas pada panggung nasional. Di Amerika dan Barcelona, Aziz telah mendapatkan perhatian dari komunitas musik global, ditandai dengan kehadiran namanya di Times Square dan penampilan “Itu Aku” di platform Spotify.

Saat ini, Aziz Hendra tengah menantikan rilis EP terbarunya, “Lesson”. EP ini menjadi penanda perjalanan baru Aziz dalam dunia musik. Dengan 5 track baru yang dijamin akan memukau pendengar, Aziz siap menghadirkan karya-karya terbaiknya kepada penggemar setianya.

“Lesson” diharapkan tidak hanya menjadi pencapaian pribadi bagi Aziz, tetapi juga menjadi kesempatan untuk lebih memperluas pengaruhnya sebagai musisi. Dengan berbagai pengalaman yang telah dia dapatkan sejak memulai karier musiknya, Aziz yakin bahwa EP ini akan menjadi langkah penting dalam perjalanannya menuju kesuksesan yang lebih besar.

Jangan Lupa Baca Juga : Els Hagia Memberikan Semangat Kepada Pendengar Lewat Single Terbarunya “I’ll Be Here”

Abdul Aziz Hendra telah menorehkan jejak yang kuat dalam industri musik, memperlihatkan bahwa bakatnya tidak hanya terbatas di dalam negeri, tetapi juga meraih pengakuan di pasar internasional. Dengan kemampuan vokal yang unik dan bakat bermusiknya yang luar biasa, Aziz terus membawa warna baru ke dalam industri musik Indonesia, menjadikannya salah satu nama yang patut diperhitungkan di masa depan. Dengan EP terbarunya yang akan segera dirilis, para penggemar dapat bersiap untuk menikmati karya-karya baru yang penuh gairah dari Aziz Hendra.

Harry Rafael liling Mahkamah Pidana Internasional (bahasa Inggris: International Criminal Court, ICC atau ICCt; bahasa Prancis: Cour pénale internationale, CPI) merupakan sebuah pengadilan permanen untuk menuntut individual atas tindakan genosida, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan kejahatan perang. ICC dirancang untuk membantu sistem yudisial nasional yang telah ada. Namun, pengadilan ini hanya dapat melaksanakan yurisdiksi apabila pengadilan negara enggan atau tidak sanggup untuk menginvestigasi atau menuntut kejahatan seperti yang disebutkan di atas, dan menjadi "pengadilan usaha terakhir", meninggalkan kewajiban utama untuk menjalankan yurisdiksi terhadap kriminal tertuduh kepada negara individual.

Mahkamah Pidana Internasional juga disingkat sebagai ICC untuk membedakannya dengan beberapa organisasi lain yang disingkat ICC, seperti Kamar Dagang Internasional. Namun, singkatan ICC untuk Mahkamah Pidana Internasional lebih umum digunakan. ICC berbeda dengan Mahkamah Internasional yang merupakan badan untuk menyelesaikan sengketa antarnegara dan Hukum Kejahatan Perang.

Pada Juli 1998 di Roma, 120 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa mengadopsi sebuah perjanjian untuk menetapkan -pertama kalinya dalam sejarah dunia- pengadilan pidana internasional permanen. Perjanjian ini mulai berlaku enam puluh hari setelah enam puluh negara menjadi pihak Statuta melalui ratifikasi atau aksesi.[1] Tepatnya, ICC mulai beroperasi pada 1 Juli 2002, setelah berlakunya Statuta Roma. Negara-negara yang menjadi pihak Statuta Roma kemudian menjadi anggota ICC dan bertugas di Majelis Negara-negara Pihak yang mengelola pengadilan. Per Desember 2020, terdapat 123 negara anggota ICC yang 42 negara di antaranya tidak menandatangani dan tidak menjadi pihak Statuta Roma.

Bahasa resmi yang dapat digunakan di ICC adalah bahasa Inggris dan Prancis, tetapi penggunaan beberapa bahasa internasional juga diperbolehkan di sana, seperti bahasa Arab, Cina, Inggris, Prancis, Rusia dan Spanyol. Namun, pada kenyataannya ICC tidak hanya menghadapi kasus dengan bahasa-bahasa tersebut. Tersangka, saksi, dan korban datang dari berbagai negara dengan beragam bahasa sehingga ICC harus menggunakan juru bahasa untuk menerjemahkan bahasa yang tidak umum digunakan di kancah internasional, seperti bahasa Acholi, Lango, Lingala, dan Swahili.[2]

Ada dua struktur Unit Layanan Bahasa di ICC, yaitu unit yang melayani Kantor Kejaksaan yang berisi 4 staf dan unit yang melayani Registrasi, Kamar, dan Kepresidenan yang berisi 16 staf. Unit Layanan Bahasa dari Kantor Kejaksaan menangani penerjemahan dari Kantor Kejaksaan, seperti bukti, pidato, bahan pendukung untuk dakwaan, dan lain-lain). Bagian Interpretasi dan Penerjemahan Pengadilan (dalam bahasa prancis: Section de traduction et d'interprétation de la Cour, disingkat STIC) menyediakan penerjemahan untuk pertemuan, seminar, konferensi, kuliah dan sidang pengadilan. Unit Layanan Bahasa dan STIC bersama-sama mengembangkan sistem akreditasi untuk juru bahasa lapangan. Staf STIC pertama kali direkrut pada 2003 dan terus berkembang sejak saat itu. Pada 2005, saat beban kasus ICC meningkat, STIC merekrut hingga 20 anggota staf baru.[2]

Terdapat 18 hakim yang bertugas, di mana enam di antaranya merupakan wanita.